Wawancara dengan Tuhan
Fri December 12th, 2014
1093
Aku bermimpi sedang wawancara dengan Tuhan.
“Jadi, Anda ingin mewawancarai saya?” tanya Tuhan.
“Ya, jika Engkau punya waktu,” jawabku.
Tuhan tersenyum, “Waktuku adalah keabadian. Apa pertanyaan yang ada dalam pikiran Anda tentang saya?”
“Apa yang paling menarik tentang manusia?” tanyaku.
Tuhan menjawab, “Bahwa mereka bosan dengan masa kanak-kanak, mereka buru-buru ingin bertumbuh, dan tak lama kemudian ingin menjadi anak-anak lagi. Mereka kehilangan kesehatan mereka demi mencetak uang, dan kemudian kehilangan uang mereka untuk memulihkan kesehatan mereka. Mereka berpikir cemas tentang masa depan. Mereka lupa saat ini, sehingga mereka tinggal di saat ini maupun masa yang akan datang. Mereka hidup seolah-olah mereka tidak akan pernah mati, dan mati seolah-olah mereka tidak pernah hidup.”
Lalu tangan Tuhan memegangku. Dan kami diam untuk beberapa waktu lamanya.
Kemudian aku menyodorkan kembali satu pertanyaan. “Sebagai orangtua, apa pelajaran hidup yang Tuhan ingin untuk kami pelajari?”
Tuhan menjawab, “Untuk mempelajari mereka tidak bisa membuat orang mencintai mereka. Yang mereka lakukan adalah membiarkan diri mereka dicintai. Untuk belajar bahwa tidak baik membandingkan diri dengan orang lain.
Untuk belajar memaafkan dengan mempraktekkan pengampunan. Untuk mengetahui bahwa hanya dibutuhkan beberapa detik untuk membuka luka yang mendalam pada orang yang mereka cintai, dan perlu bertahun-tahun untuk menyembuhkannya.
Untuk belajar bahwa orang kaya bukanlah orang yang paling memiliki, tetapi adalah salah satu yang membutuhkan paling sedikit. Untuk mengetahui bahwa ada orang yang mengasihi mereka, tetapi hanya belum tahu bagaimana mengekspresikan atau menunjukkan perasaan mereka.
Untuk mengetahui bahwa dua orang dapat melihat hal yang sama, dan melihatnya secara berbeda. Untuk belajar bahwa tidaklah cukup mereka saling mengampuni, tetapi mereka juga harus memaafkan diri mereka sendiri.”
Penjelasan itu pun menjadi jawaban atas segala pertanyaan-pertanyaan yang ada dibenakku.
“Terima kasih untuk waktu Anda,” kataku dengan rendah hati. “Apakah ada hal lain supaya anak-anakMu tahu?”
Tuhan tersenyum, dan berkata, “Hanya tahu bahwa Aku di sini. Selalu.”
Sumber : Intisari-online.com/jawaban.com/ls
Tidak ada komentar:
Posting Komentar